Jumat, 03 Desember 2010

Mekanika Klasik dan Fisika Modern

Meskipun mekanika klasik hampir cocok dengan teori "klasik" lainnya seperti elektrodinamika dan termodinamika klasik, ada beberapa ketidaksamaan ditemukan di akhir abad 19 yang hanya bisa diselesaikan dengan fisika modern. Khususnya, elektrodinamika klasik tanpa relativitas memperkirakan bahwa kecepatan cahaya adalah relatif konstan dengan Luminiferous aether, perkiraan yang sulit diselesaikan dengan mekanik klasik dan yang menuju kepada pengembangan relativitas khusus. Ketika digabungkan dengan termodinamika klasik, mekanika klasik menuju ke paradoks Gibbs yang menjelaskan entropi bukan kuantitas yang jelas dan ke penghancuran ultraviolet yang memperkirakan benda hitam mengeluarkan energi yang sangat besar. Usaha untuk menyelesaikan permasalahan ini menuju ke pengembangan mekanika kuantum.
Read more »

Mengapa perlu formulasi Lagrangian?

Dalam mekanika Newtonian, konsep gaya diperlukan sebagai kuantitas fisis yang berperan dalam aksi terhadap partikel. Dalam dinamika Lagrangian, kuantitas fisis yang ditinjau adalah energi kinetik dan energi potensial partikel. Keuntungannya, karena energi adalah besaran skalar, maka energi bersifat invarian terhadap transformasi koordinat.
Dalam kondisi tertentu, tidaklah mungkin atau sulit menyatakan seluruh gaya yang beraksi terhadap partikel, maka pendekatan Newtonian menjadi rumit pula atau bahkan tak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, pada perkembangan berikutnya dari mekanika, prinsip Hamilton berperan penting karena ia hanya meninjau energi partikel saja
Read more »

Persamaan Lagrange

Persamaan gerak partikel yang dinyatakan oleh persamaan Lagrange dapat diperoleh dengan meninjau energi kinetik dan energi potensial partikel tanpa perlu meninjau gaya yang beraksi pada partikel. Energi kinetik partikel dalam koordinat kartesian adalah fungsi dari kecepatan, energi potensial partikel yang bergerak dalam medan gaya konservatif adalah fungsi dari posisi.
Jika didefinisikan Lagrangian sebagai selisih antara energi kinetik dan energi potensial. Dari prinsip Hamilton, dengan mensyaratkan kondisi nilai stasioner maka dapat diturunkan persamaan Lagrange. Persamaan Lagrange merupakan persamaan gerak partikel sebagai fungsi dari koordinat umum, kecepatan umum, dan mungkin waktu. Kegayutan Lagrangian terhadap waktu merupakan konsekuensi dari kegayutan konstrain terhadap waktu atau dikarenakan persamaan transformasi yang menghubungkan koordinat kartesian dan koordinat umum mengandung fungsi waktu. Pada dasarnya, persamaan Lagrange ekivalen dengan persamaan gerak Newton, jika koordinat yang digunakan adalah koordinat kartesian.
Read more »

Prinsip Hamilton


Analisa gerakan proyektil merupakan salah satu bagian dari mekanika klasik.
Jika ditinjau gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka diperlukan adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan mempertahankan kontak antara partikel dengan permukaan bidang. Namun sayang, tak selamanya gaya konstrain yang beraksi terhadap partikel dapat diketahui. Pendekatan Newtonian memerlukan informasi gaya total yang beraksi pada partikel. Gaya total ini merupakan keseluruhan gaya yang beraksi pada partikel, termasuk juga gaya konstrain. Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui, maka pendekatan Newtonian tak berlaku. Sehingga diperlukan pendekatan baru dengan meninjau kuantitas fisis lain yang merupakan karakteristik partikel, misal energi totalnya. Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan prinsip Hamilton, dimana persamaan Lagrange yakni persamaan umum dinamika partikel dapat diturunkan dari prinsip tersebut.
Prinsip Hamilton mengatakan, "Dari seluruh lintasan yang mungkin bagi sistem dinamis untuk berpindah dari satu titik ke titik lain dalam interval waktu spesifik (konsisten dengan sembarang konstrain), lintasan nyata yang diikuti sistem dinamis adalah lintasan yang meminimumkan integral waktu selisih antara energi kinetik dengan energi potensial.".
Read more »

Mekanika klasik

Wiki: Mekanika klasik
Mekanika klasik adalah bagian dari ilmu fisika mengenai gaya yang bekerja pada benda. Sering dinamakan "mekanika Newton" dari Newton dan hukum gerak Newton. Mekanika klasik dibagi menjadi sub bagian lagi, yaitu statika (mempelajari benda diam), kinematika (mempelajari benda bergerak), dan dinamika (mempelajari benda yang terpengaruh gaya). Lihat juga mekanika.
Mekanika klasik menghasilkan hasil yang sangat akurat dalam kehidupan sehari-hari. Dia diikuti oleh relativitas khusus untuk sistem yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi, mendekati kecepatan cahaya, mekanika kuantum untuk sistem yang sangat kecil, dan medan teori kuantum untuk sistem yang memiliki kedua sifat di atas. Namun, mekanika klasik masih sangat berguna, karena ia lebih sederhana dan mudah diterapkan dari teori lainnya, dan dia juga memiliki perkiraan yang valid dan luas terapannya. Mekanika klasik dapat digunakan untuk menjelaskan gerakan benda sebesar manusia (seperti gasing dan bisbol), juga benda-benda astronomi (seperti planet dan galaksi, dan beberapa benda mikroskopis (seperti molekul organik).
Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel. Dinamika partikel demikian, ditunjukkan oleh hukum-hukum Newton tentang gerak, terutama oleh hukum kedua Newton. Hukum ini menyatakan, "Sebuah benda yang memperoleh pengaruh gaya atau interaksi akan bergerak sedemikian rupa sehingga laju perubahan waktu dari momentum sama dengan gaya tersebut".
Hukum-hukum gerak Newton baru memiliki arti fisis, jika hukum-hukum tersebut diacukan terhadap suatu kerangka acuan tertentu, yakni kerangka acuan inersia (suatu kerangka acuan yang bergerak serba sama - tak mengalami percepatan). Prinsip Relativitas Newtonian menyatakan, "Jika hukum-hukum Newton berlaku dalam suatu kerangka acuan maka hukum-hukum tersebut juga berlaku dalam kerangka acuan lain yang bergerak serba sama relatif terhadap kerangka acuan pertama".
Konsep partikel bebas diperkenalkan ketika suatu partikel bebas dari pengaruh gaya atau interaksi dari luar sistem fisis yang ditinjau (idealisasi fakta fisis yang sebenarnya). Gerak partikel terhadap suatu kerangka acuan inersia tak gayut (independen) posisi titik asal sistem koordinat dan tak gayut arah gerak sistem koordinat tersebut dalam ruang. Dikatakan, dalam kerangka acuan inersia, ruang bersifat homogen dan isotropik. Jika partikel bebas bergerak dengan kecepatan konstan dalam suatu sistem koordinat selama interval waktu tertentu tidak mengalami perubahan kecepatan, konsekuensinya adalah waktu bersifat homogen
Read more »

Kamis, 02 Desember 2010

daftar blog ke yahoo

  • Daftar Yahoo!
Untuk mendaftar ke yahoo! silahkan sobat kunjungi https://siteexplorer.search.yahoo.com/submit. Akan tetapi untuk mendaftar ke yahoo, sobat harus terlebih dahulu mempunyai account yahoo, karena di perlukan log in terlebih dahulu ke account yahoo. Bagi yang belum punya account yahoo (email di yahoo) silahkan bikin dulu, bagi yang sudah punya, sobat tinggal login dengan username serta password sobat. Apabila sudah login, nanti sudah tersedia kolom untuk di isi, silahkan isi kolom tersebut dengan URL sobat, kemudian klik tombol Add URL, selesai. Jika ingin memasukan alamat feed sekalian, sobat bisa memasukannya. Ingat, alamat feed di blogger hanya tinggal menambahkan atom.xml di belakang uRL blog sobat, contoh : untuk blog saya ini mempunyai alamat feed sebagai berikut :

http://fisika-bumi.blogspot.com/atom.xml

atau memakai www pun sama saja :

http://www.fisika-bumi.blogspot.com/atom.xml
  • Daftar ke Msn
Untuk daftar ke Msn, silahkan sobat kunjungi http://search.msn.com/docs/submit.aspx?FORM=WSDD2 silahkan sobat isi huruf verifikasi dan URL sobat pada kotak yang tersedia, kemudian klik tombol Submit URL, selesai.

Apabila sobat mempunyai keinginan lebih, yaitu URL blog sobat terindeks pada puluhan mesin pencari, sobat bisa menggunakan bantuan situs submitter. Coba klik saja banner dibawah ini :

Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free!

Tugas sobat hanya mengisi alamat URL blog miliknya, serta menuliskan alamat email saja, kemudian klik tombol Submit Your Site.

Jika ingin lebih cepat terkenal coba lakukan ping ke bebagai agregator, silahkan klik link di bawah :

Ping-O-Matic

Sobat tinggal mengisi form yang di sediakan.
Read more »

Mendaftarkan Blog ke Search Engine Google

Sebenarnya cara yang relatif mudah untuk menarik pengunjung ke blog kita. ialah banyak-banyaklah berkunjung ke blog lain, isi shoutbox nya dan kalau perlu berkomentar, semakin akrab semakin baik. karena dengan cara demikian sebenarnya kita telah beriklan  tentang keberadaan blog kita sendiri.
Namun jika blog kita ingin menarik pengunjung dari hasil pencarian - dan ingin terindex  ke dalam  mesin pencari (Search Engine) seperti google dan yahoo.  yang  harus kita lakukan adalah mendaftarkan  blog kita ke dalam mesin pencari tersebut.

Memasukan Url or Alamat Blog Ke Google.

Daftarkan blog kita ke google melalui situs sini. Google add Url.
Url : isi dengan alamat blog anda
Commnets : masukan keterangan tentang blog anda. >> add url
add url to google rank


Verifikasi dan Submit ke Webmaster Tools.

Langkah selanjut memperifikasi dan men submit sitemap blog anda ke webmaster tool.
1. buka google webmaster tools kemudian daftar mengunakan gmail account yang kita miliki.
2. klik tab Add a Site
Webmaster Tools
3. Enter the URL of a site you'd like to manage. masukan alamat blog anda - tampa di awali dengan http:// atau www. misal >> rizjournal.blogspot.com.
klik Continue.
 add a site webmaster tools
4. Kemudian pada halaman Verification status, ( untuk blogspot biarkan pemilihan pada Meta Tag . red ). Salin / copy semua tulisan <meta name="google-site-verification" dst.. dgn cara pilih klik kanan mouse copy.

verification status

5. Login / masuk pada blog anda ( blogger.com ), kemudian dalam halaman Template, pilih >> tab Edit Html. masukan dan simpan meta name verifikasi yang tadi kita copy setelah tag :  <title><data:blog.pageTitle/></title>



Setelah beres klik tombol >> Save Template / Simpan Perubahan.


6. Kembali ke halaman google webmaster tool. kemudian klik tombol Verify, untuk mengkonfirmasi pendaftaran.

7.  Jika berhasil ter Verifikasi maka anda akan masuk pada halaman Dasboard .

Submit a Sitemap

Setelah blog kita terverifikasi, langkah selanjut mensubmit sitemap / peta situs blog kita. Untuk blogspot sitemapnya tidak serumit blog lain.
Untuk mensubmit sebuah sitemap dalam halaman dasboard cari tulisan Sitemaps kemudian klik link tulisan Sumbit a Sitemap.

submit a sitemap  
Setelah itu pada halaman sitemaps klik tombol Add a site, dan masukan kode ini pada kotak isian >> Submit Sitemap
atom.xml?redirect=false&start-index=1&max-results=500
atom sitemaps

Keyword dan Keterangan Blog

Keyword atau kata kunci merupakan bagian dari penjelasan di atas. Walaupun menurut sebagian master seo. google dan search engine lainnya sudah tidak mendata lagi informasi dengan bantuan keyword yang ada pada sebuah situs web/blog.
Dan saya pun tidak akan menjelaskan panjang lebar tentang keyword ini, karena begitu luas dn dinamisnya – yang tidak mungkin saya bisa jabarkan dalam satu artikel. Namun untuk panduan dasar bisa anda donwload E-book “ Search Engine Optimization – Starter Guide pdf “.
Sedangkan untuk menyimpan atau menambah meta keyword dan meta description, tambahkan saja kode berikut ini, di bawah kode verifikasi di atas.
<meta content='ISI DESCRIPTION ' name='description'/>
<meta content='ISI KEYWORDS ' name='keywords'/>
<meta content='ISI AUTHOR NAME' name='author'/>
<meta content='index,follow' name='robots'/>
Read more »

BATUAN SEDIMEN




4.1. Tinjauan umum batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang terbentuk sebelumnya (batuan beku, metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri). Terbentuk di permukaan pada temperatur dan tekanan rendah.
Proses pembentukan batuan sedimen dimulai dengan rombakan batuan asal, baik secara fisika maupun secara kimia, tererosi, tertransportasi, terendapkan dan litifikasi (diagenesa).
Material atau komponen penyusun batuan sedimen adalah :
1. Material detritus (Allogenik) sebagai hasil rombakan yang terbentuk dari luar daerah sedimentasi terdiri dari :
  • Fragmen mineral atau kristal, seperti mineral silikat, yaitu kuarsa, feldspar, mineral lempung, dan lain-lain.
  • Fragmen batuan yang berukuran kasar hingga halus.
2. Material Autogenik, terbentuk di daerah sedimentasi atau cekungan sebagai hasil  proses kimiawi atau biokimia, seperti kalsit, gypsum, halit, oksida besi, dan lain-lain.
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama : pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktifitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum  seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi. Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi di darat ataupun lautan. Air dan angin merupakan pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras akan menjadi batuan sedimen. Kajian berkenaan dengan sedimen dan batu sedimen ini di panggil sedimentologi. Contoh batuan sedimen yang ada adalah Lumpur, pasir, kerikil dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batu sedimen apabila mengalami proses pengerasan. Material hasil rombakan batuan di atas permukaan bumi akibat proses-proses eksogen, pelapukan, dan erosi, merupakan material atau bahan yang sifatnya urai. Terdiri dari fragmen batuan, mineral dan berbagai material lainnya yang berasal dari atas permukaan bumi. Material urai ini tertransportasi oleh air, angin, dan gaya grafitasi ketempat yang lebih rendah, cekungan, dan di endapkan sebagai endapan atau sedimen di bawah permukaan air. Sedimen yang terakumulasi tersebut mengalami proses litifikasi atau proses pembentukan batuan.
4.2 Klasifikasi batuan sedimen
Oleh karena keragaman pembentukan , tekstur, komposisi dan penampilan batuan sedimen. Maka dasar klasifikasinya pun bermacam-macam. Pengelompokan batuan sedimen yang ideal berdasarkan ukuran butir. Bentuk, dan komposisi material pembentuknya. Pengelompokan yang sederhana dalam batuan sedimen adalah dua kelompok besar :
1. Batuan sedimen klastik, Terbentuk dari fragmen-fragmen batuan lain.
2. Batuan sedimen non klastik, kimiawi dan organik terbentuk oleh proses biologi.
4.2.1. Batuan sedimen klastik

Batuan sedimen klastik di kelompokkan berdasarkan ukuran butir komponen materialnya.
Batuan sedimen klastik terdiri dari butiran-butiran. Butiran yang besar di sebut fragmen dan diikat oleh massa butiran-butiran yang lebih halus.
Proses pembentukan batuan sedimen akan tercermin dari tekstur atau struktur yang di hasilkan atau dengan kata lain dari tekstur dapat di interpretasikan genesa atau proses pembentukan batuan sedimen. Berdasarkan genesanya batuan sedimen dapat dibedakan atas
  1. Batuan sedimen klastik, umumnya terbentuk dari hasil rombakan secara fisika.
  2. Batuan sedimen non klastik, Di bedakan atas :
    • Batuan yangt terbentuk oleh proses kimia, seperti endapan posfat, rijang dan lain-lain.
    • Batuan yang terbentuk oleh proses organik, seperti batu gamping, batubara, dan lain-lain.
4.2.1.1. Tekstur
1. Ukuran butir
Pemberian ukuran butir mengacu pada skala wentworth.
u.s standard                                                                 phi φ sieve mesh                                millimeters               units                wentwort size class
4096                                     -12                         boulder 1024                                     -10
256                   256             -8
54                       64             -6                         couble
16                                       -4                          pebble
5                                      4                                        -2
6                                    3,36                                    -1,75
7                                    2,83                                    -1,5                        Granule
8                                    2,38                                    -1,25
10                                     2,00                     2              -1,0 12                                     1,68                                      -0,75
14                                     1,41                                     -0,5                     Very coarse sand
16                                      1,19                                     -0,025
18                                     1,00                                        0,0
20                                      0,84                                        0,25
25                                      0,71                                        0,5                      coarse grand
30                                      0,59                                        0,75
35                                      0,50                      ½               1,0
40                                      0,42                                         1,25
45                                      0,35                                          1,5                     medium sand
50                                      0,30                                         1,75
60                                      0,25                      1/4               2,0
70                                      0,210                                         2,25
80                                      0,177                                         2,5                     Fine sand
100                                     0,149                                         2,75
120                                     0,125                      1/8              3,0
140                                     0,105                                          3,25
170                                     0,088                                           3,5                  Very fine sand
200                                     0,074                                            3,75
230                                     0,0625                       1/16           4,0 270                                     0,053                                            4,25
325                                     0,044                                            4,5                     Coarse silt
0,031                          1/32           5,0
0,0156                        1/64            6,0                    Medium silt
0,0078                        1/126          7,0                    Fine silt
0,0039                        1/256          8,0                    Very fine silt
0,0020                                            9,0
0,00098                                          10,0                   Clay
0,00006                                          14,0
Tabel 4.1 Pembagian butir menurut wentwort
2. Tingkat kebundaran (Roundness)
Tingkat kebundaran dikontrol oleh transportasi dan bentuk kebundaran ini tergantung pada bentuk dari material/mineral asalnya. Jadi pemberian untuk kebundaran adalah dengan melihat sifat permukaan dari butiran, dibedakan atas:
  • Menyudut (Angular)
  • Menyudut tanggung (Sub-Angular)
  • Membulat tanggung (Sub-Rounded)
  • Membulat (Rounded)
  • Sangat membulat (Well Rounded)
3. Pemilahan (Sortasi)
Merupakan tingkat keseragaman ukuran butir penyusun batuan, dibedakan atas :
  • Terpilah sangat baik (Very Well Sorted)
  • Terpilah Baik (Well Sorted)
  • Terpilah sedang (Moderatly Sorted)
  • Terpilah buruk (Poorly Sorted)
  • Terpilah sangat buruk (Very Poorly Sorted)
4. Kemas
Menyatakan hubungan antar butir penyusun batuan, dimana hal ini di kontrol oleh tingkat diagenesa yang dialami oleh batuan, dibedakan atas :
  • Kemas terbuka, bila kontak antar butir tidak bersentuhan.
  • Kemas tertutup, bila kontak antar butiran saling bersentuhan.
5. Porositas
Di maksudkan dalam tingkat/kemampuan dalam menyerap air, di bedakan atas :
  • Porositas baik, bila mampu menyerap air.
  • Porositas buruk, bila tidak mampu menyerap air.
  • Porositas sedang, bila kemampuan menyerap air di antara baik dan buruk.
4.2.2. Batuan sedimen non klastik
Batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk secara kimiawi dan organik atau kombinasi dari kimia dan organik batuan yang terbentuk cara kimia adalah batuan yang terbentuk dari hasil evavorasi, seperti endapan gypsum, anhidrit, dan endapan garam. Sedimen silica seperti diatomea, chert, radiolaria, adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimia dan organik Sedangkan batuan sedimen yang terbentuk oleh organik adalah batubara Batuan sedimen non klastik yang penting dan kehadirannya cukup signifikan di bumi adalah golongan batuan karbonat.
4.2.3. Batuan karbonat
Batuan Karbonat adalah batuan yang tersusun oleh garam-garam karbonat, batuan ini terbentuk dari tiga cara yaitu secara mekanik, kimia maupun organik Batuan karbonat yang utama adalah batuan karbonat yang terbentuk dari akumulasi cangkang-cangkang organik yang mengandung garam karbonat. Selanjutnya di yakini bahwa karbonat berasal dari batuan karbonat kimia dan organikyang mengalami rombakan. Komposisi mineral penyusun yang utama adalah kalsit, aragonit, dolomite, kadang juga hadir siderite manesit. Jenis batuan karbonat yang umum adalah batu gamping yang dominan di susun oleh mineral dolomit.
4.2.3.1. Tekstur batuan karbonat
1. Butiran atau kerangka
Jenis-jenis butiran atau kerangka antara lain :
  • Kerangka organik merupakan struktur tumbuh dan gamping sebagai bangunan-bangunan yang tak lepas sebagai proses alamiah dari organisme dan membentuk jaringan.
  • Bioklastik, terdiri dari fragmen-fragmen binatang yang lepas , seperti cocquina, foraminifera, koral, dan lain sebagainya.
  • Intraklastik, (fragmen non organik di bentuk di tempat ataupun di transport sebagai hasil fragmentasi dari batuan atau sedimen gamping sebelumnya.
  • Chemiklastik (non fragmenter), merupakan butir-butir yang dibentuk di tempat sedimentasi karena proses coagulasi, akresi, dan pengumpalan.
2. Massa dasar (Matrik)
  • Merupakan butir-butir halus dari karbonat yang mengisi rongga-rongga dan terbentuk pada waktu sedimentasi.
  • Biasanya  berukuran sangat halus, sehingga bentuk-bentuk kristal tidak dapat diidentifikasi.
  • Di bawah mikroskop kenampakan hampir opal.
  • Hadirnya matrik di antara butir-butir menunjukkan lingkungan pengendapan air tenang.
  • Dapat di hasilkan dari :
  1. Pengendapan langsung secara kimiawi atau biokimia, sebagai jarum aragonit yang kemudian berubah menjadi kalsit.
  2. Merupakan hasil abrasi dari gamping yang telah terbentuk. Misalnya koral, alga, di erosi dan abrasi kembali oleh pukulan gelombang dan merupakan tepung kalsit, dimana tepung tersebut membentuk lumpur, dan umumnya di endapkan di daerah yang tenang.
3. Semen atau sparit
  • Terdiri dari hablur-hablur kalsit yang jelas.
  • Di sebut spar atau spary calcite
  • Terbentuk pada saat diagenesa pengisian rongga-rongga oleh larutan, yang mengendapkan kalsit sebagai hablur yang jelas.
  • Sukar di bedakan dengan kalsit hasil dari rekristalisasi yang biasanya lebih halus dan di sebut mikrospar.
4. Porositas
Porositas karbonat di bedakan atas dua, yaitu :
  1. Porositas primer, terbentuk pada waktu sedimentasi di daerah/zona :
    • Terumbu
    • Porositas antar partikel
    • Sedimentasi kompelatif
2. Porositas skunder, merupakan lubang-lubang pori yang terbentuk lama setelah proses sedimentasi selesai, seperti oleh pelarutan, retakan-retakan oleh aktivitas organik :
  • Cetakan (Mold)
  • Saluran (Channelling)
  • Gerowong (Vug)
  • Lubang bor organisme
  • Retakan desikasi
  • Retakan tektonik
5. Ukuran butir
Untuk ukuran butir dapat mengaju pada klasifikasi Wentworth, F.L. Folk maupun Grabau.
Ukuran butir menurut Wentwort :
8,0 mm………………………………………………
Brecia
4,0 mm……………………………………………….
Conglomerat
2,0 mm……………………………………………….
Very coarse-grained
0,1 mm………………………………………………
Coarse-grained
0,5 mm………………………………………………
Medium-grained
0,25 mm……………………………………………..
Fine-grained
0,125 mm……………………………………………..
Fery fine-grained
0,0625 mm……………………………………………
Coarsely micrograined
0,0132 mm……………………………………………
Finely micrigrained
0,004 mm……………………………………………..
0,002 mm Cryptograined
0,001 mm……………………………………………..
4.2.4. Batubara
Batubara di golongkan dalam batuan sedimen non klastik, yaitu batuan organik Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang akan mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya.
Sebelum terbentuk batubara, sebagai tahap awal atau batuan asalnya adalah gambut. Terdapat beberapa tahapan dalam pembentukannya dari gambut ke batubara dan dalam setiap tahapan ada proses yang terjadi dan unik yang tergantung pada banyak faktor.
Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar, berasal dari tumpukan hancuran yang terhumufikasi dan dalam keadaan tertutup udara, tidak padat, kandungan air >75% dan kandungan mineral <50% dalam kondisi kering.
Proses pembentukan batubara dari mulai gambut pada dasarnya di bagi atas dua proses yaitu :
  • Proses Biokimia, adalah proses penghancuran oleh bakteri anaerobic terhadap bahan kayu-kayuan hingga terbentuk gel yang disebut gelly. Bakteri anaerobic adalah bakteri yang hidup pada tempat cair yang kurang mengandung oksigen. Bakteri ini akan membusukkan bahan kayu-kayuan.
  • Proses thermodinamika, adalah proses perubahan dari gambut menjadi lapisan batubara oleh adanya panas dan tekanan juga adanya proses dari luar. Proses ini di sebut sebagai proses pembatubaraan yaitu proses perkembangan gambut, lignit, sub-bituminous coal menjadi antrasit dan meta-antrasit.
    1. Gambut, merupakan hasil dari proses pengendapan yang merupakan fase awal dari proses pembentukannya batubara.
    2. Lignit, sudah memperlihatkan kekar dan gejala perlapisan dengan kadar tanah sangat rendah.
    3. Sub-Bitominous, sisa bagian tumbuhan tinggal sedikit dan memperlihatkan perlapisan.
    4. Bitominous, dicirikan oleh warnanya yang hitam dengan sifat yang padat.
    5. Antrasit, berwarna hitam, keras dengan kilap tinggi dan dicirikan oleh penurunan unsur H. Pada proses pembakaran memperlihatkan warna biru.
4.3. Tahap penamaan batuan sedimen
Secara umum penamaan batuan sedimen di dasarkan pada ukuran butir selain juga memperhatikan komposisi mineral penyusunnya.
Ukuran butir Nama batuan
Gravel Konglomerat (bila bentuk fragmen/butiran membulat) Breksi(bila bentuk fragmen/butiran menyudut)
Pasir Batu pasir (sandstone)
Mud Batu lanau (siltstone) Batu lempung (claystone)
Batu Lumpur (mudstone)
Batu serpih (shalestone)
Read more »

Provenance, Proses, dan Diagenesis Sedimen

Provenance, Proses, dan Diagenesis Sedimen

Batuan sedimen berasal dari pelapukan dan erosi batuan yang telah ada sebelumnya. Sedimen tertransportasi oleh bermacam-macam agen termasuk gravitasi, air yang mengalir, angin dan es yang bergerak (gletser). Sediment tersebut akan berpindah dari asalnya ke tempat-tempat pengendapan yang beragam. Di tempat tersebut sedimen diendapkan dalam berbagai macam litofasies yang karakternya tergantung pada lingkungan pengendapannya. Setelah pengendapan dan terjadinya timbunan sedimen, akumulasi sedimen itu mengalami diagenesis. Proses-peroses fisika, kimia dan biologi mengakibatkan: (1) perubahan dari sediment menjadi batuan sediment, (2) terjadinya modifikasi pada tekstur dan mineralogi pada batuan. Diagenesis berlawanan dengan pelapukan karena proses pelapukan merupakan perubahan dari batuan menjadi tanah. Arah reaksi keduanya berlawanan. Pada pelapukan terjadi degradasi dan proses yang mengakibatkan batuan menjadi lepas, terdiri dari mineral yang stabil pada permukaan bumi, sedangkan pada diagenesis material sedimen berubah menjadi lebih padu.

Pelapukan dan Provenance
Sifat endapan sediment pada berbagai lingkungan tergantung pada beberapa faktor yaitu :
1. Sumber atau tempat sediment itu berasal, yang mengontrol jenis material yang terdapat sebagai sedimen
2. Pelapukan dan transportasi, yang mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi pada material sedimen
3. Keadaan lingkungan pengendapan sedimen.

Pelapukan
Pelapukan secara umum terbagi menjadi proses yaitu:
1. Proses fisika yang disebut sebagai disintegrasi
2. Proses kimia yang disebut dekomposisi.

Prinsip disintegrasi pada pembentukan tanah atau sedimen yaitu berkurangnya ukuran butir tanpa perubahan pada komposisi kimianya. Hal ini terjadi akibat penghancuran secara fisika melalui:
• Abrasi, yaitu proses penggerusan batuan oleh agen transport seperti air dan es.
• Frost Action, yaitu proses pembekuan air dalam batuan. Hal ini mengakibatkan batuan terpecah akibat bertambahnya volume air ketika membeku.
• Aktivitas biologi, di antaranya rekahan pada batuan karena pertumbuhan akar.
Berkurangnya ukuran butir mengakibatkan bertambahnya luas permukaan partikel, hal ini tentunya akan meningkatkan laju reaksi kimia yang terjadi selama proses dekomposisi.

Proses dekomposisi diantaranya oksidasi, reduksi, solusi (larut), hidrasi, dan hidrolisis. Oksidasi adalah proses dimana bilangan oksidasi (valensi) suatu ion meningkat sedangkan reduksi adalah kebalikannya. Salah satu proses oksidasi yang umum pada pelapukan yaitu oksidasi pada besi. Contohnya adalah magnetit, suatu mineral yang umum ditemukan pada batuan beku, sedimen dan metamorf yang berubah menjadi mineral hasil pelapukan yang umum yaitu hematite.

4Fe2O3.FeO + O2 ---> 6 Fe2O3
Magnetit + Oksigen hematite
(Contoh proses reduksi yaitu pembentukan pirit pada kondisi anaerobik.)

Air berperan sangat penting dalam proses dekomposisi sebagai pelarut atau reaktan. Contohnya air dan asam pada larutan merupakan dua agen pelarut utama. Pelarutan adalah proses yang mana material yang dapat larut terlarut, atau pecah menjadi ion. Contohnya yaitu dekomposisi pada piroksen:

(Mg, Fe, Ca)SiO3 + 2 H+ + H2O ---> Mg2+ + Fe2+ + Ca2+ + H4SiO4
Piroksen + Ion Hidrogen + air Ion Mg, Fe, Ca + molekul silicic acid

Reaksi yang sama terjadi pada mineral ferromagnesian silicates yang lain. Ion Ca, Mg dan silicic acid yang dihasilkan pada reaksi ini tertransportasikan jauh melalui larutan, sedangkan ion Fe mungkin mengalami oksidasi atau hidrasi atau keduanya dan terpresipitasi sebagai hematite atau geotit. Hal yang sama, mineral karbonat terlarutkan menghasilkan ion Ca, Mg dan molekul bikarbonat, yang semuanya tertransportasi sebagai larutan.

Air juga penting dalam hidrasi dan hidroslisis. Hidrasi adalah reaksi air dan komponen yang lain yang menghasilkan fase lain. Contohnya, goetit yang dihasilkan dari hematite melalui reaksi hidrasi:

Fe2O3 + H2O ---> 2 FeOOH

Hidrolisis adalah reaksi kelebihan H+ atau OH- yang dihasilkan reaksi yang bersangkutan. Reaksi hidrolisis terlihat sebagai reaksi penggantian kation suatu struktur mineral oleh hydrogen. Contohnya, pelapukan olivine menjadi silicic acid, ion Fe dan Mg, dimana hydrogen menggantikan Mg dan Fe.

(Mg, Fe)2SiO4 + 4 H2O ---> xMg2+ + 2-xFe2+ + H4SiO4 + 4 (OH)-

Hal yang sama terjadi pada hidrolisis feldspar dan segera setelah itu membentuk mineral lempung kaolinit:

KAlSi3O8 +H2O ---> HAlSi3O8 + K+ + OH-

2 HAlSi3O8 + 9 H2O ---> Al2Si2O5(OH)4 + 4 H4SiO4

Setiap proses dekomposisi adalah perubahan mineral yang tidak stabil pada permukaan bumi berubah menjadi mineral, molekul, atau ion yang lebih stabil dibawah kondisi permukaan. Produk utama pada proses ini yaitu kuarsa, mineral lempung, oksida besi, dan ion seperti Ca2+ dan Mg2+. Tiga produk hasil pelapukan karbonat berupa ion Ca dan Mg-, Mineral lempung, dan kuarsa serta opal dihasilkan dari proses yang kira-kira sama dengan umur bumi yaitu 4,5 miliar tahun.

Kestabilan relatif dari mineral selama proses pelapukan dikemukakan oleh Goldich (1938) yang merupakan kebalikan dari Deret Bowen. Dia menemukan bahwa Olivine, Augite (klinopiroksen), dan Ca-plagioklas lebih mudah terlapukan dibandingkan dengan kuarsa dan muskovit. Walaupun secara umum hal ini benar, proses pelapukan lebih rumit dari perkiraan. Hal lain yang mempengaruhi adalah iklim, mikroba dan tanaman dan asam yang dihasilkannya. Olivine, augite, dan plagioklas mengandung unsur Mg, Na, K, Ca, yang mudah telepas melalui pemecahan ikatan ion dengan oksigen. Si, Al, dan Ti membentuk ikatan kovalen dengan oksigen yang lebih sulit untuk pecah, yang mencegah pemecahan mineral seperti kuarsa.

Provenance
Provenance adalah sumber material sedimen, yang merupakan faktor utama yang menentukan komposisi sedimen. Faktor provenance mengontrol proses pelapukan dan sifat sedimen yang dapat disuplai oleh berbagai macam agen. Faktor ini diantaranya relief dan elevasi yang merupakan fungsi dari setting tektonik, iklim dan vegetasi yang bersangkutan, serta komposisi dari batuan asal. Pada komposisi batuan asal kita bisa mengambil contoh yang sederhana, bila batuan asalnya banyak mengandung kuarsa maka sedimen yang dihasilkan akan banyak mengandung kuarsa juga. Bila batuan sumbernya kaya akan feldsfar maka sedimen yang dihasilkan akan banyak mengandung feldsfar dan mineral lempung tergantung dari tingkat pelapukan batuannya.

Relief dan elevasi dari provenance akan berpengaruh pada dekomposisi dan disintegrasi, dan transportasinya. Relief adalah perbedaan ketinggian didalam cekungan erosional, yang mengontrol laju erosi. Secara umum, daerah yang memiliki relief yang tinggi, yang merupakan daerah uplift yang aktif, akan mengalami laju erosi yang tinggi. Sebaliknya pada daerah yang berelief rendah yang umumnya datar memiliki laju erosi yang rendah. Daerah yang datar merupakan daerah metastabil dimana energi potensial minimum. Konsekuensinya material tidak bisa turun dan mengakibatkan laju disintegrasi rendah, hal ini akan mengakibatkan proses dekomposisi berlangsung cukuip lama.

Elevasi provenance juga penting, karena elevasi akan mempengaruhi iklim, dimana pada gilirannya akan mempengaruhi proses disintegrasi dan dekomposisi. Pada elevasi yang tinggi air akan membeku, hal ini tentunya akan menyebabkan proses disintegrasi terutama frost action berperan cukup dominan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada elevasi yang tinggi proses disintegrasi cukup dominan sedangkan pada elevasi yang rendah terutama daerah tropis proses dekomposisi cukup dominan.

Iklim dan vegetasi juga memiliki peran yang penting. Pada iklim dingin laju proses dekomposisi akan rendah sedangkan laju proses disintegrasi akan tinggi. Sebaliknya pada iklim hangat proses dekomposisi akan lebih dominan daripada proses disintegrasi dan pada iklim panas proses yang dominan adalah disintegrasi sama seperti pada iklim dingin. Vegetasi akan banyak pada iklim hangat, basah dari pada iklim dingin dan panas. Vegetasi dapat menghasilkan asam organik dan senyawa lain yang dapat menyebabkan proses dekomposisi. Contohnya lava muda di Hawaii yang ditutupi oleh tumbuhan (lichens, yang banyak mengandung besi, terlapukan lebih tinggi daripada batuan yang sama dan seumur. Hal ini dapat menjawab pertanyaan mengenai proses disintegrasi dan dekomposisi pada pre-Devonian yang vegetasinya kurang, dimana pada pre-Devonian proses disintegrasi lebih penting dari pada dekomposisinya sehingga sedimennya sedikit mengandung lempung.

Produk hasil pelapukan
Produk yang dihasilkan dari pelapukan yaitu kuarsa, mineral lempung dan oksida besi dan hidrat yang merupakan material residu yang tertinggal di tanah yang dihasilkan dari batuan yang terdekomposisi tinggi. Silicic acid dan kation berbagai logam (termasuk Ca, Mg, Fe, Mn, Na, dan K) dan P akan tertransportasikan jauh dari sumbernya.

Transportasi sediment
Transportasi sedimen dimulai ketika material terlapukan dan ion terlarut. Transportasi material yang terlarut disebut transportasi larutan, sedangkan material padat tertransportasi melalui transportasi mekanik. Transportasi mekanik di antaranya falling, sliding, rolling, bouncing(saltation), flowing dan transportasi supensi.

Transportasi sedimen tergantung pada sifat fisik dari agen transportasi, sifat material, sifat fisik dari campuran agen transportasi dan material, dan gaya yang menyebabkan transportasi.

Agen transportasi diantaranya gravitasi, air mengalir, angin dan es yang bergerak. Gravitasi tidak hanya menyebabkan pergerakan material tetapi juga menggerakan arus air dan es untuk bergerak turun.

Transportasi mekanik, di antaranya:
• Transportasi gravitasi
Gravitasi merupakan agen utama yang mengakibatkan transportasi pada landslides dan massflow. Pada pergerakan masa subaeria (falls, slides, slumps, avalanches, mudflowa, dan subaerial debris flows) dan submarine debris flow transportasi terjadi ketika gaya yang menahan (resisting force) terlampaui.

Pada falls, slides, slumps dan avalanches, retakan dihasilkan ketika batuan kehilangan gaya kohesi antara partikelnya yang kemudian bergerak dan berhenti ketika energinya habis. Sedimen yang dihasilkan berupa breksi atau diamicite yang terpilah buruk, tidak berlapis.

Pada debris flows, mudflows dan olisostrom seluruh masa diendapkan sekali. Pergerakannya biasanya berlangsung ketika terdapat air yang mengakibatkan gaya gesek antar partikel mengecil dan mengakibatkan masa meluncur dan terendapkan dengan kacau. Produk yang dihasilkan terpilah buruk, banyak material Lumpur dan lapisan biasanya tebal dan massive.

Grain flow adalah aliran dari butiran sediment yang inkohesif yang terdapat pada lereng yang curam. Aliran terjadi ketika akumulasi sedimen melebih gaya gesek antar partikel dan ketika gempa bumi. Endapan yang dihasilkan berupa pasir yang terpilah baik, tak berstruktur sampai berlaminasi secara lokal.

• Transportasi glacial
Transportasi ini dihasilkan oleh gaya gravitasi terhadap aliran fluida, tetapi laju alirannya sangat lambat. Glacier membawa partikel melalui penggusuran sepanjang dasar dan sisinya. Partikel yang besar biasanya tertinggal dan yang lebih kecil akan terbawa lebih jauh. Sedimen yang terpilah baik, berukuran halus diendapkan sebagai outwash dan yang terpilah buruk dan kasar diendapkan sebagai till.

• Transportasi air dan udara
Ketika air dan udara bergerak terjadi gesekan antara fluida dengan sekitarnya. Turbulensi dimulai dekat batas dengan sekitarnya, seperti dekat dasar sungai sebagai hasil dari interaksi gaya di tempat tersebut. Faktor yang menentukan bergeraknya partikel adalah ukuran, densitas dan bentuk partikel, kecepatan aliran, viskositas fluida dan batas gaya gesek.
Sedimentasi akan terjadi ketika fluida melambat. Masing-masing ukuran partikel jatuh keluar dari suspensi dan menjadi bagian dari pergerakan bed load. Pada unit pengendapan dari suspensi biasanya berupa laminasi tabular, ketebalan bervariasi tetapi biasanya tipis saja. Lapisan dari bed load yang terendapkan melalui traksi mungkin tipis tetapi cenderung sedang sampai tebal dan membentuk cross bedding, imbrikasi butir dan ripple marks.

Transportasi kimia
Ion dan molekul yang dihasilkan dari dekomposisi akan menjadi bagian dari larutan dalam air tanah dan air permukaan. Selama perpindahan larutan mungkin mengalami pengenceran, pengkonsentrasian dan perubahan dalam kimianya karena reaksi dengan batuan yang dilaluinya. Jika bereaksi dengan batuan atau sediment, batuan dan sediment mengalami perubahan diagenesis. Presipitasi kimia yang terjadi selama diagenesis merupakan salah satu bentuk pengendapan kimia.

Diagenesis
Setelah sedimen terendapkan, diagenesis adalah proses yang bekerja pada sedimen tersebut. Diagenesis merupakan proses fisika, kimia dan biologi yang secara umum mengubah sedimen menjadi batuan sedimen. Diagenesis kemungkinan berlanjut bekerja setelah sedimen menjadi batuan, mengubah tekstur dan mineraloginya.

Tujuh proses diagenesis yang terjadi yaitu :
1. Kompaksi
2. Rekristalisasi
3. Pelarutan
4. Sementasi
5. Autigenisasi
6. Replacement
7. Bioturbasi

Kompaksi adalah proses yang menyebabkan volume sedimen berkurang. Ini dihasilkan oleh tekanan penutup (overburden), yang diakibatkan oleh berat dari sedimen dan batuan di atasnya. Tekanan ini mengakibatkan penyusunan kembali butiran dan pengeluaran fluida, hal ini menghasilkan pengurangan porositas batuan sedimen. Kemungkinan tingkat kompaksi merupakan fungsi dari ukuran butir, bentuk butir, pemilahan, porositas awal dan jumlah fluida yang terdapat dalam sedimen. Sedimen dengan pemilahan yang baik, membundar akan kurang kompak bila dibandingkan dengan sedimen yang terpilah buruk dan menyudut. Pada sedimen yang terpilah buruk ukuran butir yang kecil akan mengisi rongga antar butiran yang besar dan pada sedimen yang menyudut, ikatan antar butirnya akan sangat kuat karena bersifat saling mengunci. Pada pasir porositas awalnya sekitar 25% - 50%, pada sedimen karbonat kemungkinan cukup tinggi yaitu sekitar 50% - 75% dan pada lumpur lempung lebih dari 85%. Pada batuan sedimen porositas kecil yaitu 0% - 2% hal ini dikarenakan kompaksi dan proses diagnesis lain terutama sementasi.

Rekristalisasi adalah proses di mana kondisi fisika dan kima menyebabkan pengorientasian kembali kristal lattice pada butir mineral. Rekristalisasi bekerja melalui pelarutan dan presipitasi dari fase mineral yang terdapat pada batuan. Ketika fluida melewati batuan atau sedimen, komponen pada sedimen yang tidak stabil karena tekanan, pH, temperature akan mengalami pelarutan. Kemudian material yang terlarut itu akan mengalami transportasi dan akan terpresipitasi pada pori-pori sediment yang memiliki kondisi yang berbeda. Hal yang penting yaitu tekanan pelarutan, yaitu suatu proses di mana tekanan terkonsentrasi pada satu titik antara dua butir yang menyebabkan pelarutan dan migrasi ion atau molekul yang menjauhi titik itu. Lewat proses ini massa tertransportasi dari titik kontak menuju tempat dengan tekanan yang lebih rendah yang memungkinkan presipitasi dari larutan itu. Tentunya rekristalisasi ini akan menyebabkan pengurangan porositas sedimen dan memfasilitasi rekristalisasi tekstur.

Sementasi adalah proses di mana terjadi presipitasi kimia pada pembentukan kristal baru, terbentuk didalam pori-pori sedimen atau batuan yang mengikat satu butir dengan butir lainnya. Semen yang umum yaitu kuarsa, kalsit dan hematite, tetapi jenis semen secara luas di antaranya aragonite, Mg kalsit, dolomite, gypsum celesite, goethite, dan todorit. Tekanan pelarutan secara local dapat menghasilkan semen, tetapi banyak semen merupakan material baru (allochemical material) yang masuk melalui larutan. Jelas bahwa proses sementasi akan mengakibatkan berkurangnya porositas dan menghasilkan tekstur baru seperti spherulitic, comb texture, dan poikilotopic texture.

Autigenesis (neocrystalitation) adalah proses yang mana fase mineral baru mengalami kristalisasi didalam sediment atau batuan selama proses diagenesis ataupun setelahnya. Mineral baru mungkin terbentuk melalui reaksi di dalam fase yang terdapat dalam sedimen atau batuan, mungkin juga muncul karena presipitasi dari material yang masuk melalui fase fluida, atau dihasilkan dari kombinasi sedimen primer dan material yang masuk. Autigenesis operlap dengan pelapukan, sementasi dan biasanya rekristalisasi, dan kemungkinan menghasilkan replacement. Jenis dari fasa autigenesis jauh lebih beragam dibandingkan dengan mineral semen. Fase autigenesis termasuk silikat seperti kuarsa, K-feldspar, lempung,dan zeolite; carbonat seperti kalsit, dolomite dan carbonat besi; evaporate mineral seperti halit, sylvite, gypsum dan anhidrit;oksida seperti hematite, goetit, todorokit; dan mineral samping lainnyatermasuk sulfat, sulfide dan fosfat.

Replacement yaitu proses yang mana mieral baru menggantikan (secara kimia dan fisika) in situ pada endapan mineral. Replacement mungkin bersifat neomorphic, yang mana butiran yang baru memiliki fase yang sama dengan asalnya atau polimorpisme dari fase asalnya. Pseudomorfic yang mana fase baru merupakan tiruan dari bentuk eksternal dari fase yang digantikan tetapi fasenya berbeda, allomorphic yaitu replacement dalam bentuk fase baru yang biasanya berbeda bentuk kristalnya dan menggantikan sepenuhnya fase sediment asal. Fase replacement sama beragamnya dengan fase autigenesis, tetapi fase replacement yang penting yaitu dolomite, opal, kuarsa dan ilite.

Bioturbasi adalah aktifitas biologis yang terjadi dekat permukaan, termasuk burrowing, boring dan pencampuran sedimen oleh organisme. Pada beberapa kasus proses ini dapat meningkatkan kompaksi, menghancurkan laminasi dan perlapisan. Selama proses bioturbasi beberapa organisme mempresipitasikan material yang berfungsi sebagai semen.

Daigenesis biasanya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Eogenesis, proses awal diagenesis yang terdapat di antara endapan dan timbunan, atau dekat permukaan,
2. Mesogenesis, tahap tengah dari proses diagenesis yang terjadi setelah penimbunan,
3. Telogenesis, tahap akhir dari proses diagenesis.
Read more »

Batuan Sedimen Non-Klastik

Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang sebagai proses kimiawi. Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil proses organik, seperti batugamping terumbu yang berasal dari organisme yang telah mati atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses kimiawi seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan proses biologi (seperti membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil bahan kimia yang ada dalam air).Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau proses biologi (yang juga melibatkan proses kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai dari kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam satu kelas yang sama, yaitu sedimen endapan kimiawi / biokimia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah sedimen evaporit (evaporites), karbonat (carbonates), batugamping dan dolomit (limestones and dolostone), serta batuan bersilika (siliceous rocks), rijang (chert).Batuan Sedimen EvaporitBatuan evaporit atau sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil proses penguapan (evaporation) air laut. Proses penguapan air laut menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang pada akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap. Proses pembentukan garam dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini memerlukan sinar matahari yang cukup lama.1. Batuan garam (Rock salt) yang berupa halite (NaCl).2. Batuan gipsum (Rock gypsum) yang berupa gypsum (CaSO4.2H20)3. Travertine yang terdiri dari calcium carbonate (CaCO3), merupakan batuan karbonat. Batuan travertin umumnya terbentuk dalam gua batugamping dan juga di kawasan air panas (hot springs).Batuan Sedimen KarbonatBatuan sedimen karbonat terbentuk dari hasil proses kimiawi, dan juga proses biokimia. Kelompok batuan karbonat antara lain adalah batugamping dan dolomit. Mineral utama pembentuk batuan karbonat adalah: Kalsit (Calcite) (CaCO3) dan Dolomit (Dolomite) (CaMg(CO3)2)Nama-nama batuan karbonat:
  1. Mikrit (Micrite) (microcrystalline limestone), berbutir sangat halus, mempunyai warna kelabu cerah hingga gelap, tersusun dari lumpur karbonat (lime mud) yang juga dikenali sebagai calcilutite.
  2. Batugamping oolitik (Oolitic limestone) batugamping yang komponen utamanya terdiri dari bahan atau allokem oolit yang berbentuk bulat
  3. Batugamping berfosil (Fossiliferous limestone) merupakan batuan karbonat hasil dari proses biokimia. Fosil yang terdiri dari bahan / mineral kalsit atau dolomit merupakan bahan utama yang membentuk batuan ini.
  4. Kokina (Coquina) cangkang fosil yang tersimen
  5. Chalk terdiri dari kumpulan organisme planktonic seperti coccolithophores; fizzes readily in acid
  6. Batugamping kristalin (Crystalline limestone)
  7. Travertine terbentuk dalam gua batugamping dan di daerah air panas hasil dari proses kimia
  8. Batugamping intraklastik (intraclastic limestone), pelleted limestone
Batuan SilikaBatuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini terhasil dari proses kimiawi dan atau biokimia, dan berasal dari kumpulan organisme yang berkomposisi silika seperti diatomae, radiolaria dan sponges. Kadang-kadang batuan karbonat dapat menjadi batuan bersilika apabila terjadi reaksi kimia, dimana mineral silika mengganti kalsium karbonat. Kelompok batuan silika adalah:
  • Diatomite, terlihat seperti kapur (chalk), tetapi tidak bereaksi dengan asam. Berasal dari organisme planktonic yang dikenal dengan diatoms (Diatomaceous Earth).
  • Rijang (Chert), merupakan batuan yang sangat keras dan tahan terhadap proses lelehan, masif atau berlapis, terdiri dari mineral kuarsa mikrokristalin, berwarna cerah hingga gelap. Rijang dapat terbentuk dari hasil proses biologi (kelompok organisme bersilika, atau dapat juga dari proses diagenesis batuan karbonat.
Batuan OrganikEndapan organik terdiri daripada kumpulan material organik yang akhirnya mengeras menjadi batu. Contoh yang paling baik adalah batubara. Serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.Tabel dibawah adalah daftar nama-nama Batuan Sedimen Non-klastik (berdasarkan genesa pembentukannya).
KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN NON-KLASTIK
Kelompok
Tekstur
Komposisi
Nama Batuan
An-organik
Klastik atau Non-klastik
Calcite, CaCO3
Batugamping Klastik
Klastik atau Non-klastik
Dolomite, CaMg(CO3)2
Dolomite
Non-klastik
Mikrokristalin quartz, SiO2
Rijang (Chert)
Non-klastik
Halite, NaCl
Batu Garam
Non-klastik
Gypsum, CaSO4-2H2O
Batu Gypsum
Biokimia
Klastik atau Non-klastik
Calcite, CaCO3
Batugamping Terumbu
Non-klastik
Mikrokristalin Quartz
Rijang (Chert)
Non-klastik
Sisa Tumbuhan yang terubah
Batubara
Read more »

Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi. STRUKTUR BATUAN BEKUBerdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku1. Struktur batuan beku ekstrusifBatuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisanc. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolitg. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran2. Struktur Batuan Beku IntrusifBatuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.Konkordan Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya.b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometerDiskordanTubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:a. Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil TEKSTUR BATUAN BEKUMagma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur yang berbeda.Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil. Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan :1. Tingkat kristalisasia) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristalb) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelasc) Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas2. Ukuran butira) Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral yang berukuran kasar.b) Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral berukuran halus.3. Bentuk kristalKetika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurnab) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurnac) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnyaa) Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)b) Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan subhedral.c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang berbentuk anhedral.5. Berdasarkan keseragaman antar butirnyaa) Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir samab) Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak samaKLASIFIKASI BATUAN BEKUBatuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kimia, tekstur, dan mineraloginya.a. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas :1. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.2. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari permukaan bumi3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumiBerdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.b. Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:1. Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%2. Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% – 60%3. Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% – 90%4. Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%c. Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2-nya batuan beku diklasifikasikan menjadi empat yaitu:1. Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit, Ryolit.2. Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% – 52%. Contohnya Diorit, Andesit3. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% – 45%, contohnya Gabbro, Basalt4. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%PENGELOMPOKAN BATUAN BEKUUntuk membedakan berbagai jenis batuan beku yang terdapat di Bumi, dilakukan berbagai cara pengelompokan terhadap batuan beku (gambar). Pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi. Dan yang sering digunakan adalah yang didasarkan kepada tekstur dipadukan dengan susunan mineral, dimana keduanya dapat dilihat dengan kasat mata.Pada gambar disamping diperlihatkan pengelompokan batuan beku dalam bagan, berdasarkan susunan mineralogi. Gabro adalah batuan beku dalam dimana sebagian besar mineral-mineralnya adalah olivine dan piroksin. Sedangkan Felsparnya terdiri dari felspar plagioklas Ca. Teksturnya kasar atau phanerik, karena mempunyai waktu pendinginan yang cukup lama didalam litosfir. Kalau dia membeku lebih cepat karena mencapai permukaan bumi, maka batuan beku yang terjadi adalah basalt dengan tekstur halus. Jadi Gabro dan Basalt keduanya mempunyai susunan mineral yang sama, tetapi teksturnya berbeda. Demikian pula dengan Granit dan Rhyolit, atau Diorit dan Andesit. Granit dan Diorit mempunyai tekstur yang kasar, sedangkan Rhyolit dan Andesit, halus. Basalt dan Andesit adalah batuan beku yang banyak dikeluarkan gunung-berapi, sebagai hasil pembekuan lava.grafik2Para ahli teknik Sipil akan sangat tertarik untuk mempelajari batuan, disamping fungsinya sebagai bahan bangunan, juga karena perannya sebagai batuan dasar atau pondasi. Karena itu kepada mereka dianjurkan untuk dapat mengenal beberapa jenis batuan beku yang utama di lapangan. Untuk memperoleh data tentang sifat batuan yang diperlukan oleh para ahli Teknik Sipil, umumnya dilakukan pengujian lapangan dan studi petrografi (mikroskopis). Data tersebut diperlukan dalam kaitannya untuk penambangan, konstruksi bawah permukaan atau untuk menentukan cara-cara membuat bukaan.Batuan beku juga dapat dikelompokan berdasarkan bentuk-bentuknya didalam kerak Bumi. Pada saat magma menerobos litosfir dalam perjalanannya menuju permukaan Bumi, ia dapat menempati tempatnya didalam kerak dengan cara memotong struktur batuan yang telah ada, atau mengikuti arah dari struktur batuan. Yang memotong struktur disebut bentuk-bentuk diskordan, sedangkan yang mengikuti struktur disebut konkordan.MAGMADalam siklus batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari proses pendinginan dan penghabluran lelehan batuan didalam Bumi yang disebut magma. Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada didalam Litosfir, yang terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung didalamnya, serta mengandung sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar sekitar 200 kilometer dibawah permukaan Bumi, terdiri terutama dari unsur-unsur yang kemudian membentuk mineral-mineral silikat.Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya, akan berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfir hingga akhirnya mampu mencapai permukaan Bumi. Apabila magma keluar, melalui kegiatan gunung-berapi dan mengalir diatas permukaan Bumi, ia akan dinamakan lava. Magma ketika dalam perjalanannya naik menuju ke permukaan, dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih berada didalam litosfir dan membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan membeku ditempat, dimana ion-ion didalamnya akan mulai kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan membentuk batuan beku. Namun dalam proses pembekuan tersebut, tidak seluruh bagian dari lelehan itu akan menghablur pada saat yang sama. Ada beberapa jenis mineral yang terbentuk lebih awal pada suhu yang tinggi dibanding dengan lainnya.Dalam gambar berikut diperlihatkan urutan penghabluran (pembentukan mineral) dalam proses pendinginan dan penghabluran lelehan silikat. Mineral-mineral yang mempunyai berat-jenis tinggi karena kandungan Fe dan Mg seperti olivine, piroksen, akan menghablur paling awal dalam keadaan suhu tinggi, dan kemudian disusul oleh amphibole dan biotite. Disebelah kanannya kelompok mineral felspar, akan diawali dengan jenis felspar calcium (Ca-Felspar) dan diikuti oleh felspar kalium (K-Felspar). Akibatnya pada suatu keadaan tertentu, kita akan mendapatkan suatu bentuk dimana hublur-hablur padat dikelilingi oleh lelehan.magmaBentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh derajat kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan yang lambat, hablur yang terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan ukuran yang besar-besar. Sebaliknya, apabila pendinginan itu berlangsung cepat, maka ion-ion didalamnya akan dengan segera menyusun diri dan membentuk hablur-hablur yang berukuran kecil-kecil, kadang berukuran mikroskopis. Bentuk pola susunan hablur-hablur mineral yang nampak pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur batuan.Disamping derajat kecepatan pendinginan, susunan mineralogi dari magma serta kadar gas yang dikandungnya, juga turut menentukan dalam proses penghablurannya. Mengingat magma dalam aspek-aspek tersebut diatas sangat berbeda, maka batuan beku yang terbentuk juga sangat beragam dalam susunan mineralogi dan kenampakan fisiknya. Meskipun demikian, batuan beku tetap dapat dikelompokan berdasarkan cara-cara pembentukan seta susunan mineraloginya.PROSES PEMBENTUKAN MAGMAMagma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbenturan antara 2 (dua) lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam dan menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan yang berlangsung antara kedua lempeng litosfir tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan tekanan, ditambah dengan penambahan air berasal dari sedimen-sedimen samudra akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari litosfir (gambar berikut)magma2Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan menghasilkan magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar dari 55%). Magma yang bersusunan basa, adalah magma yang terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu didapat di daerah-daerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan pemisahan litosfir.Berdasakan sifat kimiawinya, batuan beku dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu: (1) Kelompok batuan beku ultrabasa/ultramafic; (2) Kelompok batuan beku basa; (3) Kelompok batuan beku intermediate; dan (4) Kelompok batuan beku asam. Dengan demikian maka magma asal yang membentuk batuan batuan tersebut diatas dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu magma basa, magma intermediate, dan magma asam. Yang menjadi persoalan dari magma adalah :1) Apakah benar bahwa magma terdiri dari 3 jenis (magma basa, intermediate, asam) ?2) Apakah mungkin magma itu hanya ada satu jenis saja dan kalau mungkin bagaimana menjelaskan cara terbentuknya batuan-batuan yang komposisinya bersifat ultrabasa, basa, intermediate dan asam?Berdasarkan pengelompokan batuan beku, maka pertanyaan pertama dapat dibenarkan dan masuk akal apabila magma terdiri dari 3 jenis, sedangkan pertanyaan kedua, apakah benar bahwa magma hanya ada satu jenis saja dan bagaimana caranya sehingga dapat membentuk batuan yang bersifat ultrabasa, basa, intermediate, dan asam?. Untuk menjawab pertanyaan ini, ada 2 cara untuk menjelaskan bagaimana batuan yang bersifat basa, intermediate, dan asam itu dapat terbentuk dari satu jenis magma saja? Jawabannya adalah melalui proses Diferensiasi Magma dan proses Asimilasi Magma.Diferensiasi Magma adalah proses penurunan temperatur magma yang terjadi secara perlahan yang diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral seperti yang ditunjukkan dalam deret reaksi Bowen. Pada penurunan temperatur magma maka mineral yang pertama kali yang akan terbentuk adalah mineral Olivine, kemudian dilanjutkan dengan Pyroxene, Hornblende, Biotite (Deret tidak kontinu). Pada deret yang kontinu, pembentukan mineral dimulai dengan terbentuknya mineral Ca-Plagioclase dan diakhiri dengan pembentukan Na-Plagioclase. Pada penurunan temperatur selanjutnya akan terbentuk mineral K-Feldspar(Orthoclase), kemudian dilanjutkan oleh Muscovite dan diakhiri dengan terbentuknya mineral Kuarsa (Quartz). Proses pembentukan mineral akibat proses diferensiasi magma dikenal juga sebagai Mineral Pembentuk Batuan (Rock Forming Minerals).Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam dapat terjadi melalui proses diferensiasi magma. Pada tahap awal penurunan temperatur magma, maka mineral-mineral yang akan terbentuk untuk pertama kalinya adalah Olivine, Pyroxene dan Ca-plagioklas dan sebagaimana diketahui bahwa mineral-mineral tersebut adalah merupakan mineral penyusun batuan ultra basa. Dengan terbentuknya mineral-mineral Olivine, pyroxene, dan Ca-Plagioklas maka konsentrasi larutan magma akan semakin bersifat basa hingga intermediate dan pada kondisi ini akan terbentuk mineral mineral Amphibol, Biotite dan Plagioklas yang intermediate (Labradorite – Andesine) yang merupakan mineral pembentuk batuan Gabro (basa) dan Diorite (intermediate). Dengan terbentuknya mineral-mineral tersebut diatas, maka sekarang konsentrasi magma menjadi semakin bersifat asam. Pada kondisi ini mulai terbentuk mineral-mineral K-Feldspar (Orthoclase), Na-Plagioklas (Albit), Muscovite, dan Kuarsa yang merupakan mineral-mineral penyusun batuan Granite dan Granodiorite (Proses diferensiasi magma ini dikenal dengan seri reaksi Bowen).Asimilasi Magma adalah proses meleburnya batuan samping (migling) akibat naiknya magma ke arah permukaan dan proses ini dapat menyebabkan magma yang tadinya bersifat basa berubah menjadi asam karena komposisi batuan sampingnya lebih bersifat asam. Apabila magma asalnya bersifat asam sedangkan batuan sampingnya bersifat basa, maka batuan yang terbentuk umumnya dicirikan oleh adanya Xenolite (Xenolite adalah fragment batuan yang bersifat basa yang terdapat dalam batuan asam). Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam dapat juga terjadi apabila magma asal (magma basa) mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya.Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos batuan samping yang berkomposisi asam maka akan terjadi asimilasi magma, dimana batuan samping akan melebur dengan larutan magma dan hal ini akan membuat konsentrasi magma menjadi bersifat intermediate hingga asam. Dengan demikian maka batuan-batuan yang berkomposisi mineral intermediate maupun asam dapat terbentuk dari magma basa yang mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya. Klasifikasi batuan beku dapat dilakukan berdasarkan kandungan mineralnya, kejadian / genesanya (plutonik, hypabisal, dan volkanik), komposisi kimia batuannya, dan indek warna batuannya. Untuk berbagai keperluan klasifikasi, biasanya kandungan mineral dipakai untuk mengklasifikasi batuan dan merupakan cara yang paling mudah dalam menjelaskan batuan beku. Berdasarkan kejadiannya (genesanya), batuan beku dapat dikelompokkan sebagai berikut:1) Batuan Volcanic adalah batuan beku yang terbentuk dipermukaan atau sangat dekat permukaan bumi dan umumnya berbutir sangat halus hingga gelas.2) Batuan Hypabysal adalah batuan beku intrusive yang terbentuk dekat permukaan bumi dengan ciri umum bertekstur porphyritic.3) Batuan Plutonic adalah batuan beku intrusive yang terbentuk jauh dibawah permukaan bumi dan umumnya bertekstur sedang hingga kasar.4) Batuan Extrusive adalah batuan beku, bersifat fragmental atau sebaliknya dan terbentuk sebagai hasil erupsi ke permukaan bumi.5) Batuan Intrusive adalah batuan beku yang terbentuk dibawah permukaan bumi.PENAMAAN BATUAN BEKUgrafik3Penamaan batuan beku ditentukan berdasarkan dari komposisi
mineral-mineral utama (ditentukan berdasarkan persentase volumenya) dan
apabila dalam penentuan komposisi mineralnya sulit ditentukan secara
pasti, maka analisis kimia dapat dilakukan untuk memastikan
komposisinya. Yang dimaksud dengan klasifikasi batuan beku disini adalah
semua batuan beku yang terbentuk seperti yang diuraikan diatas
(volkanik, plutonik, extrusive, dan intrusive). Dan batuan beku ini
mungkin terbentuk oleh proses magmatik, metamorfosa, atau kristalisasi
metasomatism.
Penamaan batuan beku didasarkan atas Tekstur Batuan dan Komposisi
Mineral. Tekstur batuan beku adalah hubungan antar mineral dan derajat
kristalisasinya. Tekstur batuan beku terdiri dari 3 jenis (gambar
bsamping), yaitu Aphanitics (bertekstur halus), Porphyritics (bertekstur
halus dan kasar), dan Phanerics (bertekstur kasar). Pada batuan beku
kita mengenal derajat kristalisasi batuan: Holohyaline (seluruhnya
terdiri dari mineral amorf/gelas)), holocrystalline (seluruhnya terdiri
dari kristal), dan hypocrystalline (sebagian teridiri dari amorf dan
sebagian kristal). Sedangkan bentuk mineral/butir dalam batuan beku
dikenal dengan bentuk mineral: Anhedral, Euhedral, dan Glass/amorf.
Komposisi mineral utama batuan adalah mineral penyusun batuan (Rock
forming Mineral) dari Bowen series, dapat terdiri dari satu atau lebih
mineral. Komposisi mineral dalam batuan beku dapat terdiri dari mineral
primer (mineral yang terbentuk pada saat pembentukan batuan / bersamaan
pembekuan magma) dan mineral sekunder (mineral yang terbentuk setelah
pembentukan batuan).
Dalam Tabel berikut diperlihatkan jenis batuan beku Intrusif dan batuan beku Ekstrusif dan batuan Ultramafik beserta komposisi mineral utama dan mineral sedikit yang menyusun pada setiap jenis batuannya.
Read more »

 
Powered by Blogger